Feminisme Radikal, Sebuah Kebaikan atau Kejahiliyahan?

Desember 2, 2009 Muslim

Tidak sedikit perempuan kita suka berkelit, menghindari peran dan kewajiban dasar yang dianggapnya sebagai masalah yang melilit. Yang gadis ingin selalu bebas dinamis, buntutnya malas untuk menjadi seorang istri. Giliran jadi istripun tak berhenti bikin sensasi, phobi untuk punya anak. Kalaupun terpaksa punya, cukup terpeleset sekali saja, katanya. Pun tidak mau memberikan ASInya, padahal bagi anak itulah yang paling baik dan enak.

Fenomena itu kini menyeruak di masyarakat bumi, tidak ketinggalan yang disebut nusantara ini. Dalam kehidupan dunia yang semakin global, perang tidak sekedar dengan rudal apalagi dengan pedang. Lewat media massa penjajahan tidak lagi kasat mata. Penjajah yang dijajah bisa satu asa dan satu rasa, sama-sama bangga. Penjajahan budaya, mengalir bersama kucuran dana. Feminisme, salah satu namanya.

Feminisme dijual dengan kemasan perjuangan perempuan, pembebasan wanita. Muncullah jargon  keseteraan jender. Perempuan dan laki-laki tidak beda sama sekali, kecuali pada fungsi reproduksi. Dianggap wajar bila menolak menggunakan hak reproduksinya. Bayangkan jika dianut semua wanita negeri ini, bisa-bisa tingkat kelahiran bayi di negara ini bisa dihitung dengan jari. Mereka membuat opini, seorang wanita yang rela sekedar jadi ibu rumah tangga berarti tidak punya harga. “Karena mau ditindas melakukan pekerjaan hina,“ suara kaum feminis membahana. Mereka seolah telah berjuang untuk wanita, peduli akan nasib golongan putri. Sehingga tak pelak lagi anak remaja kini termakan opini tadi. Ini yang mesti kita para keluarga muslim hadapi dengan bijaksana dan hati-hati.

Tidak bisa dipungkiri laki-laki dan wanita memang berbeda, ini sunnah ketetapan Sang Pencipta. Sempatkah kita memperhatikan jenis burung yang beraneka. Kakaktua paruhnya melengkung, karena makanannya biji-bijian, bukan kangkung. Si pelikan berkantung besar di bawah paruhnya untuk menyimpan ikan sebagai persediaan makanannya. Sang bangau berparuh amat panjang demi membantunnya memangsa ikan dalam air tanpa tenggelam. Subhanallah!

Begitu juga manusia, sejak berupa benih pun punya ciri yang tidak sama. Semakin dewasa kian banyak perbedaannya, tanpa dapat decegah dan dihindari. Otot laki-laki berkembang lebih kuat, organnya pun lebih berat. Bayi perempuan tumbuh dengan organ khas kewanitaan.

Tidak ada artinyakah perbedaan-perbedaan itu? Semua itu bukti adanya perbedaan esensial perempuan dan laki-laki. Dengan teliti dan sangat sempurna, Alloh Subhanahu wa Ta’ala rancang bentuk fisik sesuai dengan tugas masing-masing di sepanjang kehidupannya. Jujur harus diakui, perbedaan peran, tugas serta spesifikasi antara dua jenis kelamin manusia sudah dibawa secara fitrah sejak lahir. Sungguh tidak masuk akal (bagi akal yang sehat dan logis) jika ada yang berkata tak ada pembagian tugas baku antara keduanya, seperti pendapat kaum feminis.

Pembagian peran dan tanggung jawab sosial membawa implikasi pada perbedaan dalam berbagi bidang lain yang terkait dengan kehidupan rumah tangga. Ini yang diperangi para feminis. Berarti feminisme melanggar sunnatullah. Apapun kalau melanggar sunnatullah pasti berakibat pada pergeseran keseimbangan. Timpanglah kehidupan rumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan seterusnya. Akhirnya timbul kekacauan.

Marilah disadari, kita –wanita dan pria- memang punya hak sebagai individu. Tapi ada yang tidak boleh dilupa, kita hidup di dunia ini punya misi. Kalau Alloh Subhanahu wa Ta’ala tetapkan laki-laki sebagai begitu juga wanita punya misi sesuai kodratnya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala pencipta kita, tentu Dia tahu apa yang terbaik bagi kita.

Pejuang di jalan-Nya akan selalu berhadapan dengan pejuang angkara murka. Marilah kita waspada, jangan jadikan keluarga kita korban feminisme radikal! Wallahu a’lam Bishshowab.

Entry Filed under: Akhwat,Al Muslimah,Annisa,Emansipasi,Islam,Islamic,Muslim,Muslimah,Perempuan,Religion,Religius,Situs Islam,Tentang Perempuan,Tentang Wanita,Ukthi,Wanita,Wanita Islam,Women

3 Comments Add your own

  • 1. blincek  |  Desember 27, 2007 pukul 4:02 pm

    ada lagi yang dilupakan oleh kaum feminis. selalu teriak persamaan gender, dan adanya exploitasi wanita…tapi gw rasa justru mereka ingin ekxploitasi diri mereka sendiri. trus dimana mereka, ketika suatu tempat ternyata banyak terjadi wanita mengumbar syahwat?kok gak keliatan ya?gak teriak2?
    ato jangan2,,,malah mereka yang sedang mengumbar? hehehe…

  • 2. Wanita Muslimah « M&hellip  |  Oktober 23, 2008 pukul 10:19 am

    […] Feminisme Radikal, Sebuah Kebaikan atau Kejahiliyahan? […]

  • 3. menjadi muslimah sejati &&hellip  |  November 15, 2008 pukul 8:51 am

    […] Feminisme Radikal, Sebuah Kebaikan atau Kejahiliyahan? […]


Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to comments via RSS Feed

Desember 2009
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Tulisan Terakhir

Tulisan Teratas

Komentar Terbaru

luvna pada Akhlaq & Aqidah Istri…
hooploopvie pada Larangan Memasuki Tempat Peman…
liyablue pada Larangan Memasuki Tempat Peman…
Aa Aziz pada Problematika Wanita Pekerja
umarazez pada Pribadi Wanita Muslimah Sebaga…

Arsip

Blog Stats

Jejak Sahabat

RSS Artikel Muslim